Kamis, 15 Oktober 2009

Mata aku berusaha melawan keras saat dibuka, menghiba-hiba untuk terus meneruskan tidur. Uda brani lo ngelawan gue ya. gue kasi kacamata minus 8 baru tau rasa!! Tapi dengan semangat gue melawan dan mulai membuka kelopak mata. SLAMAT PAGI DUNIA !!!

Kugaruk rambutku sesaat sebelum aku bangkit dan berkaca. Wuihh, wanita cantik darimana ini? Tatapku bangga. Kebetulan aku lagi kedapatan tamu bulanan, jadi abis bangun langsung mandi. Mandi, pake baju seragam, sarapan (berhubung bulan ini bulan puasa, jadi ini hanya berlaku bagi mereka yang gak puasa), beresin tas, minta jajan, nyalamin ortu, berangkat ke sekolah, adalah rutinitas awal yang kukerjakan setiap pagi.

^,^

Saat memasukkan buku ke dalam tas, baru teringat kalau hari ini adalah hari pertama kami akan memasuki kelas akselerasi bagi 22 orang siswa bau kencur yang telah lulus seleksi. Teringat saat-saat tes, aku duduk termenung diantara orang-orang berwajah pintar yang menyeramkan diruang 1. Berusaha sekuat mungkin untuk tidak melirik kiri dan kanan. Aku mematung di sudut. Kemudian, seorang guru berparas cantik bertinggi sedang masuk dan mulai membagikan soal.

Saat aku melihat soalnya, aku terdiam sesaat. Soalnya benar-benar mirip dengan apa yang aku pelajari dikelasku yang lama di SMA ini. Tersenyum sesaat, namun senyumku hilang ketika melihat soal Fisika.

Dammit… Apa-apaan ini?? Takabur dikit aja susah ni. Langsung dapat balasan lunas

Soal vektor banyak keluar. Yang menarik, ketika untuk pertama kalinya melirik ke kiri, aku menerawang saat itu anak yang duduk di sana juga mengerjakan soal Fisika dan percayakah anda?? IA TERSENYUM COOL SODARA SODARA!!!!
( Conglaturation!! Itu anak sukses bikin gue keki setengah mati ngeliat senyum soknya! Someday else, kalo ketemu lagi gue sate itu orang!!)

Kembali menggunakan “aku”

Aku yang udah keringetan gak ngerti melangang sesaat. Lalu komat-komit dalam hati,
Ya Alloh, Kasi tau jawabannya ya Alloh …

“Adeeeeeeeeeeeeeeeeeee…………”
Bapakku memanggil kenceng, sambil membunyikan klakson mobil antik yang serak-serak becek bertubi-tubi bikin budek sekaligus bikin sadar kalo hari uda jam setengah tujuh pagi, yang berarti harus segera berangkat agar tidak terlambat ke sekolah.

Sampai di sekolah terlihat dari jauh Pak Edi, si satpam teladan bin garang bersiap menutup pintu gerbang. Aku pun turun dari mobil dan lari terbirit-birit menuju ke arah gerbang. Mirip warga yang berlarian mengejar jatah BLT-nya. Dan hupp.. lolos. Kurasakan napasku yang tinggal satu-satu. Untung aku lagi gak puasa, jadi entar bisa ngumpet-ngumpet buat minum.

>>>untung ga kjadian 

Kelas baruku adalah bangunan terpisah dari kelas lainnya di bagian paling depan sekolah di lantai atas. Kupandang anak tangga yang kalau kuhitung berjumlah 20 berderet rapi, membisu seolah menyimpan kenangan tentang semua angkatan anak aksel sebelum kami. Tapi yang paling terbayang adalah betis yang bengkak kalo mesti naik turun tangga tiap hari. Mana WC-nya jauh dari kelas. Bisa-bisa, ‘hasrat tak tertahan’ bisa keluar sebelum diizinin...

Kunaiki tiap anak tangga dengan malas lalu melongok ke dalam kelas baruku yang tepat di samping tangga sebelum aku memasuki kelas tersebut.

Yaikss, warna dindingnya kuning. Belum apa-apa udah bete duluan. Sebagai informasi, gue benci warna kuning. Warna norak!!!

Dan satu yang pasti, tampaknya akulah anak yang paling ngaret datang karena semua tempat telah diduduki anak-anak berwajah garang. Sebuah prestasi membanggakan yang telah terlaksana ketika masih jadi orok. -- datang ngaret

Oh, tidak, belum semuanya. Masih ada satu tempat disudut kiri yang salah satu bangkunya telah diduduki seorang anak yang sedang melangang. Dengan ragu aku melangkah dan duduk di sampingnya. Aku segera menyadari bahwa anak itu Ochin, satu ekskul PASUS denganku.

Ochin menatapku ramah. Ia memberikan senyum manisnya dengan gratis sebelum kembali melangang dan melamun. Entah apa yang dilamunkannya tapi yang terpikir olehku adalah ia melamunkan yang aneh-aneh sambil cengengesan gak jelas. Aku menatap seisi kelas. Saat melihat kearah kanan, aku melihat Tiara, anak yang sebelumnya telah dikenalkan Desi, teman sekelasku dulu padaku.

“Hai Tir.”
Tiara melihat ke arahku. “Oh, hai. Kapan duduk disitu? Masuk lewat mana? Dari aku ngeliat ke arah pintu mulu lho..”
“manjat tadi, lewat jendela” -,- “ya lewat pintu lah”
“Ah, ade bisa aja.”

Aku menatap Tiara jijik. Mirip intonasi tante-tante imitasi, alias waria yang suka mangkal di Panam.
Akhirnya guru pertama dengan baju kombinasi warna biru dan pink masuk dan memberikan kesan ramah kepada kami semua. Lipstik merah marun di bibir ibu itu menegaskan lekukan senyum dibibirnya.

“Assalamu alaikum, Selamat Pagi.”
“Pagii…..”

Suara jawaban dari anak-anak di kelas ini kayak mo ngeruntuhin kelas. Bergetar dan membahana. Mataku melotot takjub melihat antusias mereka.

“Nama ibu, Rita Asnila. Dan ibu yang akan menjadi wali kelas kalian selama 2 tahun kalian disini. Dan, karena ini untuk pertama kalinya kita bertemu, atau kedua kalinya setelah matrikulasi, ibu tentu ingin mengenal kalian semua lebih dalam.

Untuk itu, ibu akan mengabsen kalian dulu sesuai dengan peringkat kalian. Yang pertama, Ryan Rachmat Nugraha.”

Seorang anak laki-laki berkulit putih mengangkat tangannya tinggi. Rambutnya agak panjang menurut aturan batasan panjang rambut di sekolah kami. Senyumnya dibuat lebar seolah memamerkan behel hijau di gigi atasnya (tau bana juara satu yan !!).

“Rossiana Edhelyn”

Aku merasa mengenal nama ini. Seorang cewek berbadan subur yang mengenakan jilbab mengangkat tangannya. Ya, aku yakin mengenalnya karena saat matrikulasi , aku duduk di depannya dan ia adalah anak yang selalu maju ketika guru bertanya. ato istilah ngeteren di kalangan kami, Pamer Skill.

“A.Harvey Hutama”

Aku juga mengenal anak ini. Ia juga dulu seruangan denganku ketika matrikulasi. Ia duduk diantara deretan anak St. Maria. Aku juga ingat ia adalah salah satu dari sekian anak laki-laki yang seruangan denganku yang sangat ingin melihat sistem reproduksi wanita pada pelajaran biologi, dasar ngeres. Dan aku juga ingat ia adalah anak PASUS juga, sama sepertiku dan Ochin.

“Sawitri Trisnaningtyas”

Seorang anak perempuan bermuka jawa original dengan ayu mengangkat tangannya perlahan lahan dalam ketukan 8 ala tarian ningrat Solo sesaat sebelum akhirnya menurunkannya. Anak ini pernah dikenalkan Yuyun, teman SMP yang juga masuk SMA yang sama denganku.

Dan namaku dipanggil, “Ade Miftahul Jannah”
Aku mengangkat tanganku ala kadarnya. Beberapa anak memandangku dingin.
Mereka pada ngapain sih?? Biasa ajah dong. Gue manusia juga kok, gue bisa buktiin kok..

Dan nama-nama yang lain akhirnya dipanggil. Aku mencoba menghapal nama mereka satu-persatu. Untung kebanyakan aku udah kenal. Lalu diadakanlah pemilihan ketua kelas. Pasrah sepasrah pasrahnya dan teramat sangat pasrah bahkan terlalu pasrah untuk menentukan siapa yang harus aku pilih untuk jadi ketua kelas. (Makan tuh pasrah!!) Dan ajaibnya, Octa is the winner. Aneh bin ajaib. Kebanyakan anak cowok baik yang imitasi maupun yang asli memilih Octa sebagai pemimpin mereka, yang nantinya akan menyebabkan sebuah revolusi besar. Mengapa??

Nanti dah gua jelasin. Ada dibagian pertengahan ini cerita...

Hari pertama, satu persatu guru masuk. Dan yang paling sangar, ibu bertubuh pendek memakai baju kuning dengan ratusan ribu payet masuk dengan senyum dingin. Mataku terus tertuju pada payet baju ibu itu dan pelan aku mulai menghitungnya satu-persatu. Cukup banyak ternyata, simpulku dalam hati. Ibu itu pun duduk dan menciptakan hawa tegang di kelas.

“Good morning class” suara ibu itu memecah keheningan kelas kami. Seperti ombak yang menghantam batu karang. Satu persatu kata-kata keluar dari mulut ibu itu dengan dihiasi sebuah senyum kaku.

Belakangan kami tau bahwa nama ibu itu Ma’am Nursri. Agak susah pertama kali mengatakannya karena aku cadel.
Kenapa dunia ini dipenuhi huruf R ya Allah!!

Dan pertemuan pertama diisi dengan pembicaraan tentang hukuman. Hukuman yang akan diberikan jika siswa melanggar peraturan ketika belajar. Dan kami ditanya satu-satu tentang hukuman apa yang pantas diberikan. Harvey, dengan semangat membara tahun 1945 tentang kemerdekaan Indonesia mengatakan kalau hukuman yang cocok adalah push-up. Keliatan banget tuh anak dendam ama hukuman di ekskul PASUS yaitu disuruh push-up kalo gak bener barisannya.

Kontak usulan Harvey dicekal semua anak.

“Oi, yang waras dong kalo ngasih pendapat” maki anak perempuan di sudut kanan depan kelas. Ada Friski, Rossi, Nesya dan Naning yang protes. Mereka tampaknya takut berotot dan membuat lengan mereka gak OK lagi. Harvey langsung mingkem. Tampaknya kejadian ini akan membuat trauma mendalam.

Dan tanpa disangka, aku pun ditanya Ma’am Nursri.
“What about you, Ade? What’s your opinion?”

Otakku yang gak menyiapkan ide sedikitpun mengirimkan sinyal salting ke raut mukaku. Tanpa babibu lagi, aku langsung menjawab,
“I’m agree with Harvey, ma’am”

Saat kata-kataku keluar, tampak dan terdengar wajah permusuhan juga dengusan anak-anak cewek di sudut depan tadi. Tatapan mereka seperti mengatakan,
kalo lo ngerasa cewek, kenapa gak mendukung kami?? Ah..penghianat lo.

Aku membalas tatapan benci mereka dengan wajah ketakutan. Ochin cekikikan di sampingku.“Adududududuh, de.. Kalo dendam ama pasus gak usah ngelibatin mereka dong.” Aku tersenyum geli.

Dan setelah dua jam pelajaran diisi dengan pro dan kontra tentang hukuman, ma’am memutuskan, tiap berbicara Indonesia di jam pelajarannya akan mendapat denda 5 buah permen per kata. Dan yang terlambat masuk kelas ketika jam pelajaran ma’am dimulai, gak boleh mengikuti pelajaran ma’am saat itu.
Ternyata kelas ini jauh mengerikan dari pada yang kubayangkan...

***
Belajar…belajar…belajar…

Semua tentang anak aksel adalah belajar. But, it’s not for me. Aku gak pernah rela kalo hari-hari yang nantinya akan aku lewatkan dengen temen-temen selama 2 tahun hanya akan terhabiskan dibalik meja, memelototin buku ampe belekan, en jingkrak-jingkrakan ngapal rumus yang seabrek banyaknya.

Maka tak heran, beberapa guru, yang judesnya setengah mampus, sering mengomentari aku dan beberapa anak lainnya yang sepemikiran denganku,terutama Ma’am Nursri.
“You’re in the acceleration class. You should do your responsible to study harder than the regular class’s here. Your teachers don’t want if you forget about our mission, finishing senior high school grade just in 2 years.”

Menusuk, tajam, perih. Semua anak tertunduk, pura-pura tak bersuara. Padahal dalam hati aku yakin pasti banyak anak yang menyumpah-nyumpah dalam hati. Atau paling tidak menggerutu panjang, seperti,
“apa-apaan itu?? kami kan baru beradaptasi. Jangan gitu dong ngomongnya”

atau
“ma’am nyinggung nih. ”

atao omongan gak berotak seperti
“ma’am nih lagi marah ya? Pantasan wajahnya garang”

ato yang lebih bodoh lagi
“ada yang ngomong ya??”.

Tapi sebernya ucapan yang ma’am bilang ada benernya juga. Itu udah konsekuensi bagi anak-anak yang mo masuk aksel, apalagi anak dengan mental seiprit. Yah, walaupun agak membuat kuping panas, pulang siram aja pake air dingin (haha, melawak )

Esoknya, setelah pulang, aku langsung mengajak bapakku ke toko buku. Sehabis dari toko buku ternama di Pekanbaru tersebut, aku cuma bisa terhenyak tak percaya menyaksikan buku-buku yang bertumpuk segitu tebelnya. Sebenernya hobiku emang ngebaca. Tapi entah mengapa hobi itu menguap pas tertekan sebelum ngebacanya. Ngeliat itu tumpukan buku aja udah bikin mataku berkunang-kunang dan rasa pengen muntah. Tidaaaakkkkkk!!!!!
Dan besok paginya lagi..

adegan sebelumnya dipercepat karena gak ada hal yang menarik,

Saat nyampe di skolah, lagi-lagi dengan adegan flem India, melebay lari-lari mengejar celah pintu pagar. Hupp,, LOLOS AGAIN sodara-sodara. Ternyata saya langsing juga. Ckck

Tapi, ada sebuah keajaiban yang jarang bahkan langka terjadi. GURU KAMI gak MASUK. Hehe, hidup itu indah ternyata kawan. 2 jam pelajaran merdeka tanpa belajar. Ternyata, ada juga kesempatan murid untuk sedekar beremansipasi. Aku perhatikan teman sekelasku yang lebih mirip suku barbar, dengan Cipek sebagai ketua suku, dan Ryan sebagai persembahannya. Sebenernya acting mereka kalo diliat tidak mengecewakan, and menurut gue kalo difilm-in pasti keren. Yah, kayak Alien vs Predator, atau Jurassic Park gitulah.

Sudah lucu belum lawakan saya? …

Dan dua jam pelajaran berlalu...
Masuklah seorang guru bertubuh subur dengan langkah kaki yang tenang. Lalu ibu itu duduk di kursi guru. Senyumnya tak henti bertebaran dimana-mana, terbawa oleh angin sepoi-sepoi, hinggap di tiap wajah anak, hhehe. Semua anak duduk manis layaknya anak TK yang baru aja belajar bagaimana caranya duduk dibangku masing-masing.
“Perkenalkan, Nama Ibu Daraini Wardhani Primadini Hayarti Tantri Menari Indah Mewangi. Panggil aja Buk Dara.”

Woo.. Man. Dara, artinya merpati. Tapi kok Dara yang satu ini bulunya sepi???

>>>Back to topik. Buk Dara lalu memperkenalkan diri sebagai salah satu Tim Disiplin di SMA 8 yang akan bertugas menindak seluruh pelanggaran yang dibuat siswa di kelas. Tapi, dibanding anggota Tim Disiplin lain, yang terdiri atas Pak Kai, Pak Joko, Pak Eka, dan Pak-Pak lainnya, Buk Dara adalah Tim Disiplin (yang sering disingkat Timdis) yang paling berwajah tidak menyeramkan. Sedangkan sisanya, adalah guru-guru bertampang garang yang membuat seluruh murid takut maen kucing-kucingan melanggar peraturan.

Ajib, aku disuruh baca puisi. Makasih buat Tiara yang uda berani mengambil resiko mempromosikanku pada Buk Dara. Aku maju ke depan, dan mulai berpuisi

“aku marah
terdiam, merrenggut, rasanya perih
haruskah aku rasakan paru-paru....”

Semua anak kelas pucat menahan tawa, ada yang terkikik, ada lagi yang tercekik. Semua hiperbola ngedenger bacaan puisi ala gaya Ade “Cadel”
Entah kenapa, entah karena lagi sial ato paginya lupa mandi kembang tujuh rupa, hari ini rasanya nyebelin tiba-tiba. Apalagi Enry yang tertawa bengek di belakang.
gak ada yang lebih parah dari hari ini !!!

Setelah beberapa hari, satu persatu kami mulai mengenal jati diri satu sama lain dengan cara buka-bukaan. Semuanya saya uraikan secara singkat di bawah ini

o abu, murid kesayangan Pak Abdi, kekasihnya computer, pacarnya prossesor, dan selingkuhannya Windows ato Linux, makan tuh teknologi. Wajah innocent, mix face between katak dan bebek, suara berat, “mencintai” pelajaran Prancis, sangat!!
o Adi, aku tau ko ikut OSN di ! Tau bana... Memang, chinnese ditakdirkan sebagai makhluk Tuhan yang pinter.
o Harvey, calon Ebiet G Ade masa depan. Kalo cinta sejatinya yang bernama Fitri sudah lewat, anda lebih baik menghindar dari pada bertanggung jawab memberikan CPR buat Harvey yang pingsan mendadak.
o Enry, cowok bali, di pindahkan ke pekanbaru sebab dikhawatirkan akan merusak citra Pulau Dewata. Modis, saking modisnya smua baju dari baju kaos, kemeja, vest, hingga lingerie cocok buat doi.
o Fryandi, abang ganteng kita! Suka pake baju yang ngepas, biar body ala Ridho Roma nya keliatan. Kikuk, apalagi waktu diliatin serius. Menjadi incaran wanita batak yang ingin bersuamikan seorang raja minyak seperti dia.
o Cipek, nama asli yang tercatat di akte M.Faisal, nama malam Fitrya, nama samaran dan banyak lagi nama yang dimilikinya. Selain nama, ia juga memiliki jenis kelamin bisa berubah-ubah saat diinginkan. hhaha. Tapi maen gitarnya jago. Kalo uda gitu, sisi femininnya lenyap tanpa bekas.
o Rauf, lahir di kantor KPK, besar di gedung DPR. Omongannya selalu bertopik tentang korupsi, pejabat yang bermasalah, pembagian subsidi minyak tanah, konvensi minyak gas, dan banyak masalah sosial lainnya yang harusnya menjadi beban presiden kita.
o Octa, abang terganteng dari semua yang paling ganteng. Ramah, rajin sholat, pandai pidato, jago azan, calon suami idaman masa kini. bagi anda yang berminat, silahkan hubungi nomor hp nya yang bisa diperoleh dengan mudah di kelas kami.
o Riski, rumah di warnet, tidur, makan, minum, BAB , dan yang akan datang mengadakan upacara kelulusan dan acara pernikahan di warnet. Hatinya telah nyangkut di salah satu warnet yang ada di sekitar rumahnya.
o Nabil, manusia aneh tukang ngupil, Enry >> “nabil ni ganteng-ganteng jorok” , mendewa biologi, aduh, apa lagi yang bias dijelaskan tentang anak ni ?? Rumit kali pokoknya. Apalagi bagi anda yang blum ngenal dy, sebaiknya jangan dicoba!!
o Rahman, laki-laki gila foto. Cacah lewat – lewat belakang waktu anak cewek lagi narsis, bilang aja mo nampang gaya !!
o Syahnan, berhentilah ko jadi bandar bokep nan. Tampang mesum, kelakuan mesum, gak heran semua mantannya musuhan ama dia. Ngeliat orangnya aja uda memunculkan nafsu pengen bakar itu orang idupidup.
o Widdy, mafia kita. Wajah bulat, baby face, baby hand, baby foot, baby buttock.. Pinter sumpah. Ngapa ko terlahir di dunia wid!! Semua perhatian buat aku jadi teralihkan buat ko jadinya!!
o Ade, wah, ini nama gue!! Anaknya baik, perhatian, penyayang, gampang berteman, dan sederet sifat lainnya yang hanya orang lain bias nilai. Aku tu selengeean, untung punya istri yang selalu mengingatkanku, nesya tercinta!
o Dini, udah aku maapiin ko dari orok din!! Berhentilah ngerjain soal fisika tu din. Matilah ko, di ajak ke mall buat jalan malah ngajak ke Puswil buat pinjem buku bahasa Jerman, ke laut ko Din!!
o Friski, cewek cantik namun macho. Punya masalah kronis dan infeksi (?) dengan berat badan yang sebetulnya menurut rumus Broca uda normal. Sama aja gilanya kayak aku, sesame cewek barbar.
o Ochin, ko uda ngerti ama yang aku bilang barusan kan chin? Jangan bilang ko minta aku ngulang ya. Baik, putih kayak chinesse, ramah, namun hobi melangang. Suka ngajak jalan, tapi kalo ditanya tentang transportasi, baru deh dia diem sendiri
o Nesya, istri aku tercinta yang punya taik lalat khas. Aku lupa letaknya dimana, kalo ga salah disekitar idungnya, jadi tanya aja ama nesya dulu dimana idungnya pasti keliatan taik lalatnya. Pinter banget Kimia. Untungaku nikah ama dia (boongan) jadi bias dapat jatah contekan tiap ulangan
o Rosi, pinter banget matem. Sering disalah kenalin sebagi dini. Entah apa yang mirip dari mereka berdua, gampang jatuh cinta, dan lelaki yang terakhir dicintainya membuat semua orang pusing setengah mati.
o Tiara, satu lagi diantara segelintir manusia yang pinter matem. Punya banyak rahasia yang belum bias terungkap, tapi aku yakin suatu saat aku si biang gossip akan dapat membuka belangnya tiara. Cayo Ade!!
o Naning, gadis jawa, aliran Solo, gaya ningrat Jogja. Btewe, ini anak yang serba perfect ini narsis banget. Bangga dia ama tulang selangkanya yang nyembul keluar kuit yang gak dibalut lemak. Hhh, kayak tengkorak ning!!

Begitulah sedikit cerita yang kuketahui tentang mereka. Sebenarnya masi banyak lagi, tapi suatu saat akan aku ceritakan semuanya, karena sekarang lagi capek ngetik. Lain kali aku sambung tentang hari-hariku di aksel , wait it !! ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar